Mencicipi es teler keju es campur – Siapa yang mau menolak hidangan dingin dengan isian buah yang menyegarkan? Saat melihat gambar es teler dengan toping keju dan es campur dengan warna merah yang memikat, hati ini tergerak membelinya.
Dulu, sewaktu almarhum Abah masih ada, tiap mudik ke Jember, beliau selalu membelikan saya rujak cingur berikut es campur di kampung sebelah. Rasanya enak dan otentik.
Namun semenjak Abah tiada, saya tidak pernah lagi menikmati es campur, dan lebih suka membuat es lilin. Entah sudah berapa tahun saya tidak memakan es teler maupun es campur, sampai lupa bagaimana rasanya Hahahaha lebay.
Belakangan ini, saya dan suami ingin menikmati es campur, dengan serutan es di atasnya. Sayangnya, keinginan itu agak sulit didapat.
Kemudian, saat kami jalan – jalan ke Pasar Ikan Kedonganan, mata saya melihat ada pedagang es. Gambar esnya yang memikat, membuat hasrat hati menggerakkan langkah saya untuk mencicipi es teler keju es campur.
Perbedaan es teler keju es campur
Konon es teler diciptakan oleh Tukiman Darmowijono, sekitar tahun 1980 – an. Beliau adalah pedagang es campur gerobak yang berjualan di Jalan Semarang – Menteng – Jakarta Pusat.
Saking enaknya es campur buatan Tukiman, hingga anak – anak muda ketagihan. Seperti orang teler setelah mengkonsumsinya.
Untuk sejarah es campurnya sendiri, belum dapat saya temukan. Ada beberapa artikel yang mengatakan bahwa es campur adalah adaptasi hidangan dari China.
Selanjutnya, soal perbedaan es teler dan es campur ini sangat membingungkan. Karena es canpur yang saya beli saat ini berbeda rasa dengan yang saya ingat saat di kampung.
Untuk membedakan antara es teler dan es campur ini agak membingungkan. Soal komposisi menurut saya, tergantung kreasi si penjual. Tidak bisa plek ketiplek sama.
Sebagai contoh
Es campur kampung di daerah saya, rasa orson dan gurihnya santan terasa di lidah. Isinya berisi, kolang kaling, potongan agar – agar, kelapa muda, cincau, tape, biji mutiara, potongan roti, dan susu kental manis, berikut es serut.
Dari penampakan saja sangat menarik, ada warna merah, hijau, kuning, putih.
Selanjutnya, saat saya membeli es campur, isinya ada kolang kaling, sirup, buah pepaya, melon, alpukat, biji mutiara, cincau, sirup merah, sirup gula, susu kental manis dan es batu.
Pun begitu dengan es teler, isinya mirip dengan es campur. Yang membedakan tidak ada sirup berwarna merah dan cincau, jadi es telernya warnanya putih. Kemudian saya minta toping keju, hanya karena penasaran dengan rasanya.
Hanya sekedar cerita tentang es teler es campur
Menurut pendapat pribadi, es campur dengan campuran santan dan sirup merah [orson] jauh lebih enak daripada yang tanpa santan. Soal isi sebenarnya hanya pemanis.
Kemudian es teler original lebih enak, tanpa toping keju. Adanya penambahan keju ini, menurut saya useless, dia sama sekali tidak improve rasa, dan membuat rasa es telernya ambyar,
Parutan keju sama sekali tidak mau “ngeblend” dengan yang lain. Akhirnya ya gitu deh, rasanya jadi aneh.
Saya hanya mencicipinya sesendok, selebihnya suami saya yang menghabiskan.
Tuh, kan…
Meskipun saya suka keju, saya kurang suka jika keju dimasukkan ke es teler, lebih baik kejunya saya jadikan cemilan. Di iris – iris sebesar jari telunjuk, kemudian dibalut dengan tepung, lalu dibalut lagi dengan tepung panir. Kemudian di goreng.
Rasanya lebih otentik dan enak. Ah, saya jadi pengen membuatnya lagi. Mungkin next time kali, ya.
Oke deh, itu saja cerita hari ini.
Tabik
Salam cinta dari Bali