Jalan – jalan ke Pasar Ikan Kedonganan – Ada pertanyaan yang melompat di kepala saya? Ke mana orang Bali? Kenapa pasar ikan Kedonganan didominasi oleh orang luar Bali? Mungkinkah melaut tidak lagi menarik bagi mereka?
Sore yang cerah, saya dan suami memutuskan untuk berjalan – jalan mencari angin. Destinasi kita kali ini adalah Pasar Ikan Kedonganan, rencananya sekalian membeli ikan. Belakangan ini saya lagi senang mengolah ikan, walaupun ujung – ujungnya di goreng lagi.
Walaupun sudah bertahun – tahun tinggal di Bali, ini adalah pertama kalinya saya berkunjung ke Pasar Ikan Kedonganan. Padahal lokasinya tidak begitu jauh, dari tempat tinggal kami saat ini, tapi entah kenapa suami enggan diajak berburu ikan di sana.
Mungkin bagi suami saat itu berpikir, apa sih istimewanya pasar ikan? Toh kalau ingin makan ikan, di warung ada.
Sementara saya, selalu excited untuk menemukan hal – hal baru yang bisa saya gali.
Maka, ketika hasrat hati ingin menghirup udara sedar, spontan saya bilang mau ke Kedonganan, dan disambut dengan sukacita oleh suami.
Hahhahaha…. Tumben mau. Saya tidak tahu apa yang meracuni pikiran saya, sehingga mau saya ajak ke pasar.
Cukup lama kami duduk di dermaga, memperhatikan gairah para pedagang dan nelayan yang hendak pergi melaut, menular pada kami, membawa rasa syukur tentang anugerah Ilahi. Belum lagi tindak – tanduk orang yang lalu – lalang, merangkum memori dan cerita.
Di ujung dermaga, ada sepasang suami istri yang sedang bersenda gurau sambil makan kuaci, sebelum suaminya pergi melaut. Setelah itu sang istri tampak melamun, pandangannya menerawang menatap cakrawala.
Ada juga seorang pemuda yang duduk sendirian, dia tidak terpengaruh dengan kesibukan di belakangnya.
Tak jauh darinya ada seorang anak dan lelaki sedang sibuk memancing. Saya duga mereka ini adalah anak dan Bapak yang menghabiskan waktu bersama.
Di bawah dermaga, tampak seorang balita gemoy sedang bermain bola di tepi pantai bersama kakaknya. Tubuh bocah itu penuh dengan pasir putih.
Saya yang melihatnya turut bahagia.
Jalan – jalan pertama ke Pasar Ikan Kedonganan
Karena Pasar Ikan Kedonganan adalah Pasar Ikan terbesar di Bali, maka dalam gambaran saya, pasarnya luas dan dipenuhi oleh pedagang ikan. Ternyata, setelah sampai di sana, bayangan saya sirna. Pasar ikannya dekat pantai, dan tidak begitu luas. Vibe Bali sama sekali tidak terasa, penjual ikan dan nelayan di sini mayoritas dari luar Bali, menilik dari Bahasa yang mereka gunakan yaitu Bahasa Jawa dan Madura.
Saya tidak tahu kenapa, justru banyak pendatang yang mendominasi? Ke manakah warga Bali? Mungkinkah mereka sudah tidak tertarik melaut? Rasa ingin tahu itu saya telan sendiri, lah suami saya sendiri orang Bali, jika saya tanya pun, doi gak tahu karena bukan warga situ.
Saat melewati pedagang ikan, bau amis mulai menggoda hidung. Reflek saya tutup hidung. Yah namanya pasar ikan, bukan pasar bunga, hehehhehe. Tapi jangan khawatir, tempatnya bersih.
Para pedagang saling bersahut – sahutan menawarkan dagangannya. Ikan kucing dan ikan pindang mentah sekilo dihargai 10K. Saya kaget dengarnya. Kaki saya terus melangkah menuju pantai.
Kemudian mata saya tertumpu pada pedagang ikan yang diletakkan di ember. Hati saya tergerak membeli di situ.
Kaget! Saat si Ibu menawarkan ikan kucing 2 kilo harganya 15 ribu, dan ikan kembung sekilo 27 ribu. Katanya ikannya baru tiba. Langsung dah beli, gak pake nawar lagi.
Bukannya sok kaya, tapi semenjak saya melihat video tentang cerita kehidupan para nelayan yang pergi melaut, saya makin respek dan angkat topi dengan keberanian mereka menantang maut. Mereka tetap pergi melaut meskipun kehidupannya tak mudah.
Fakta menarik tentang jalan – jalan di Pasar Ikan Kedonganan
Ada beberapa catatan yang menarik untuk di simak.
• Pasar ikan Kedonganan dekat dengan Pantai Kelan. Kamu sekalian bisa berkunjung ke sana bertelanjang kaki di atas pasir menyusuri tepi pantai.
• Pemandangan di sini bagus. Banyak spot yang bisa kamu pilih, termasuk duduk – duduk di dermaga. Merenung sambil menunggu matahari terbenam, atau melihat lalu lalang kapal.
• Lapar? Jangan khawatir, banyak pedagang di situ.
• Tempat nyaman untuk memancing ikan. Bukan memancing huru – hara, ya.
• Kalau mau membeli ikan dengan harga lebih murah, cari penjual yang dekat laut, mereka menjual ikannya di dalam ember dan di letakkan di atas pasir. Tapi ikannya di sini limited, seperti ikan ekor merah, kembung, ikan kucing.
• Kalau kamu mau ikan bakar, ada pilihan warung yang bisa kamu pilih. Harganya pasti jauh lebih murah daripada yang di tepi pantai. Pastilah, ya, mereka tidak menjual pemandangan ke laut.
• Kalau kamu malas bakar ikan di rumah, warung – warung makan tersebut juga menyediakan layanan bakar ikan. Perkilo harganya sekitar 15 ribu. Nah, cakep kan? Kamu gak perlu lagi riweh bersihin ikan.
Bila di pikir – pikir, bahagia itu sebenarnya sederhana sekali. Saya semakin paham, bahagia itu bukan melulu tentang memiliki uang banyak atau materi lainnya, melainkan bagaimana kita menerima dan mensyukuri apa yang kita punya. Terkadang, kita terlalu melihat ke atas, dan mau menuruti apa yang society mau, hingga lupa bersyukur.
Oke deh, segini saja cerita hari ini, oh iya, kalau kamu pusing besok mau masak apa, kamu boleh mampir ke kanal Youtube dapur sukabeda.
Atau kalau kamu suka baca Novel romance, cerita saya masih on going di GoodNovel. Siapa tahu kamu suka.