Kamu jenuh? Jalan – jalan ke Ubud Palace aja – Memasuki pelataran Ubud Palace, jiwa serasa melayang terbawa romantisme arsitektur Bali yang indah, rumit nan megah.
Ini bukan sekedar omong kosong! Istana Ubud menawarkan warisan budaya Bali yang spektakuler di jantung pariwisata Ubud.
Melihat serta mengagumi hiasan elemen ukiran dengan detail sedemikian rupa, sangatlah menarik dan begitu mempesona.
Tiap sudutnya, memancarkan kecantikan abadi akan budaya Bali yang kental dan dinamis, seakan memberi pesan istimewa tentang keahlian tradisional dan kehebatan artistik pulau Bali.
Suasananya sangat nyaman, dengan tanaman rimbun yang mengelilingi Istana Ubud, menciptakan oase tenang di tengah hiruk pikuk pengunjung yang berlalu lalang dan padatnya jalanan.
Seolah ada tembok pembatas tak terlihat yang melindungi istana ini dari dunia luar, dan membuat pengunjung tetap asik melihat – lihat kemegahan istana, tanpa terganggu oleh aktivitas dunia luar yang sibuk,
Setelah puas menikmati keunikan arsitektur Bali, saya melompat ke seberang, di mana Ubud Art Market berada.
Tidak banyak yang saya lakukan di sana, selain menyisir aneka kerajinan. Saya sadar, saya tak pandai menawar, dan di sini harganya pasti berkali kali lipat harganya. Maka, saya cukup puas sekedar berkeliling mencuci mata.
Setelah merasa tidak ada yang menarik, saya mencari tempat teduh untuk duduk sambil mengamati orang yang bersliweran datang. Window shopping membuat energy saya terkuras. Apalagi cuaca hari itu sangat panas, dan konyolnya saya sok – sokan kayak bule, jalan – jalan tanpa pelindung.
Saat asyik mengamati, tiba – tiba hasrat ingin ke belakang mendesak. Buru – buru saya cari toilet di lantai bawah.
Sayangnya, saya melihat bekas muntahan di wastafel yang membuat mampet, parahnya belum dibersihkan! Hal itu membuat perut saya mual. Akhirnya saya berlari berbalik, sambil ngomong dalam hati. “Sabar, tahan dulu.”
Tempat secantik ini apa tidak punya petugas kebersihan yang berjaga ya? Bathin saya.
Jalan – jalan Sendiri ke Ubud Palace aja.
Dari pertama kali saya menjejakkan kaki di Ubud, hati ini sudah tertambat. Suasananya damai, udaranya sejuk, banyak sawah, dan orang – orangnya ramah. Meski bertahun – tahun tidak bersua, mereka masih baik, dan bahkan sikapnya seperti saudara sendiri. Wajar kan jika saya tenang di sini. Saya seperti kembali ke rumah, di mana saya diterima dan dicintai seapa adanya saya.
Mengacu pada nama Ubud yang berarti obat. Nama tersebut berdasarkan kisah perjalanan Rsi Markendya bersama pengikutnya yang hendak menuju Gunung Agung, untuk mencari sinar yang dilihat beliau saat bersemadi di Gunung Raung – Jawa Timur. Dalam perjalanan mereka, pengikut beliau banyak yang jatuh sakit.
Selanjutnya Rsi Makendya bermeditasi dan mendapatkan wangsit supaya pengikutnya berendam di sungai Campuhan, dan mereka sembuh. Rsi Markendya kemudian memberi nama Ubud.
Ubud, memang sangat cantik, terkenal dengan seni dan tariannya yang memukau. Ubud juga memikiki aura kedamaian dan spiritual yang terpancar kuat. Sehingga wajar, saja jika tempat ini diburu wisatawan untuk mencari ketenangan, dan itu yang saya rasakan.
Ketika saya kembali ke Jimbaran, di mana pantai – pantai cantik bertebaran, saya bersyukur tinggal tinggal di Bali. Kamu jenuh? jalan – jalan ke Ubud Palace aja. Gak ada biaya masuknya, gratis.
Terus, kalau kamu sedang mencari inspirasi memasak, boleh mampir di kanal Youtubeku Dapur sukabeda.