Legitnya jajanan tradisional lepet – Kudapan sederhana dengan rasa yang khas, manis, gurih, serta bertekstur chewy, dan lengket. Menjadikan camilan ini cocok menemani aktivitas santai kamu bersama keluarga, maupun dalam acara – acara besar lainnya.
Sebagai rakyat Indonesia, kita harus bangga memiliki beragam budaya serta kuliner yang sangat luar biasa untuk dikulik. Salah satunya adalah LEPET. Camilan buat segala umur, aman untuk vegan dan vegetarian.
Lepet, merupakan camilan tradisional Indonesia, terbuat dari beras ketan, kelapa parut, garam, campuran kacang merah, daun pandan sebagai penambah aroma. Kemudian dibungkus dengan janur yang dililitkan dalam bentuk silinder, setelah itu diikat. Kemudian dikukus hingga matang.
Dulu, saat masih kecil, pada hari raya ketupat [seminggu setelah lebaran] Simbah membuat kue lepet untuk menemani ketupat. Entah kalo sekarang, apakah membuat tradisi membuat lepet dan ketupat masih ada?
Sayangnya saya belum bisa membuatnya sendiri dan cukup puas membeli lepet di pasar [hahaha].
Sejarah jajanan lepet
Konon, kudapan satu ini berasal dari Jawa Tengah, dan telah ada pada masa Sunan Kalijaga. Bertepatan dengan masa Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah.
Kata lepet berasal dari kata “silep” yang berarti kubur dan “rapet” [rapat]. Ada pun peribahasa tentang lepet ‘mangga dipun silêp ingkang rapêt’ yang berarti ‘mari kita kubur yang rapat’.
Menilik dari bentuk dan tali ikatannya yang unik, melingkar menyerupai mayat, serta teksturnya yang lengket. Lepet memiliki symbol dan filosofi yang dalam.
Manusia tidak luput dari kesalahan, maka dari itu ada baiknya kita menutup rapat aib sendiri dan orang lain, Kita juga seyogyanya saling memaafkan kesalahan orang yang menyakiti hati kita, dan tidak membawa dendam sampai mati.
Seiring berjalannya waktu, isian lepet kian bervariasi. Isiannya tak melulu kacang merah, ada juga yang berisi kacang tolo bahkan pisang. Ada juga yang mengganti beras ketan dengan jagung. Hal ini tentu saja menambah beragam rasa jajanan Indonesia.
Tradisi jajanan tradisional lepet
Di sebagian daerah Nusantara, menyajikan lepet sebagai sebuah tradisi, misalnya di daerah Jepara, lepet digunakan sebagai sedekah laut atau dikenal dengan upacara “lomban”.
Di Banyuwangi lepet disajikan saat upacara selapanan – 35 hari setelah bayi lahir, bertepatan dengan pemberian nama, sebagai symbol pengharapan.
Sementara di Kepulauan Bangka Belitung, lepet tak hanya dinikmati saat lebaran. Mereka menikmatinya juga pada saat Idul Adha dan menjelang awal puasa [sedekah ruwah].
Legitnya Jajanan Tradisonal Lepet
Dulu, sewaktu saya masih bekerja di Tugu Hotel Bali, ada moment yang menyentuh kalbu, saat melihat tamu asing menikmati afternoon tea, berupa teh dan aneka jajanan pasar.
Tampak jelas wajah – wajah gembira dan rasa ingin tahu dan puas ketika menggigit kudapan tradisional, kemudian menyeruput teh nasgitel [panas, legit, kentel].
Moment tersebut menampar saya. Orang asing saja terkesima dengan penganan Indonesia, kenapa kita malah mengagungkan makanan dari negara lain. Padahal rasanya jauh lebih enak dan otentik makanan kita?
Sadarkah kamu, selama ini kita sudah dijajah oleh negara asing? Salah satunya melalui makanan, terutama dari negeri Gingseng yang gencar meracuni otak kita pelan – pelan dengan tayangan iklan maupun sinetron berikut makanan mereka.
Pelan – pelan, kita lebih mengenal tteokbokki daripada jajanan jadul negeri sendiri, misalnya lepet maupun gatot.
Ini salah satu menjadi pemicu saya untuk terus mencari tahu tentang hidangan lauk pauk low budget dan jajanan tradisional kemudian menuliskannya di blog. Sebagai upaya untuk lebih mencintai kuliner Indonesia. Syukur – syukur bisa mempengaruhi pembaca.
Selanjutnya, jika kamu suka memasak, boleh banget mampir di kanal youtube dapur suka buat menambah inspirasi.