Pergi ke air terjun Nung Nung terindah di Bali merupakan salah satu perjalanan wisata sekaligus perjalanan spiritual saya untuk kembali mengenal diri. Siapa saya sebenarnya dan untuk apa saya ada di bumi.
Nung Nung Waterfall [air terjun Nung Nung] berlokasi di Banjang Nungnung Desa Pelaga, Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Dari Ngurai Rai Airport bisa ditempuh dengan waktu hampir 2 jam. Air terjun ini dibuka tahun 1996. Setelah itu menjadi destinasi wisata hidden gem pilihan wisatawan.
Waktu kami sampai di Nungnung tak banyak pengunjung yang datang. Di parkiran ada 3 mobil dan beberapa motor yang terparkir. Untuk biaya masuknya dikenakan biaya 10 ribu Rupiah perorang. Biaya tersebut untuk domestic. Sedangkan untuk wisatawan asing dikenakan biaya 20 ribu. Untuk mencapai ke air terjun, kami harus melewati ratusan anak tangga yang terbuat dari beton.
Dengan berlatar belakang hutan tropical yang eksotis, mata kami benar – benar dimanjakan oleh rimbun dan hijaunya pepohonan. Udaranya sejuk sekali, dengan semilir angin sepoi – sepoi membuat siapapun betah berjalan kaki. Di sana juga disediakan gazebo di beberapa titik untuk sekedar melepas penat.
Di tengah perjalanan, kami berpapasan dengan sepasang wisatawan asing yang tampak terengah – engah menaiki tangga. Waduh, nyali saya seketika ciut. Memangnya ada berapa anak tangga untuk sampai ke air terjunnya? Hahhaha, saya mulai keringetan membayangkan kembalinya nanti. Heheheh.
Setelah hampir 30 menit berjalan menuruni tangga, lamat – lamat telinga saya mendengar suara gemuruh air. Hati saya semakin riang takkala melihat air terjun mungil di seberang, kemudian tebing batu cadas yang ditumbuhi oleh lumut.
Lantas, hati saya bersorak girang, saat melihat air terjun setinggi 50 meter di depan saya. Airnya deras meluncur ke bawah dan mengalir di anak sungai dengan batu – batu besar. Saya mencoba mendekati dan menyentuh airnya. Brrrr… dingin sekali, seperti es.
Pengennya saya ikut nyebur, berenang di bawah air terjun bersama turis yang asik berenang. Tapi saya ingat tidak membawa pakaian dan di sana juga tidak ada tempat ganti. Malulah saya…hehehehhe. Jadinya saya dan anak hanya melihat – lihat pemandangan dan bermain air di tepi sungai, duduk di atas batu besar. Sedangkan suami asyik memotret.
Setelah puas bermain air. Kami kembali ke atas. Anak dan suami sudah jauh, sedangkan saya berjalan seperti keong. Langkah saya sangat lamban menaiki 500 anak tangga satu demi satu. Kaki saya gemetar. Tiap 10 langkah saya berhenti mengembalikan tenaga. Napas saya ngos – ngosan. Saya gak pernah hiking dan tentu saja perjalanan ini teramat berat. Bisa jadi, sulitnya akses ke air terjun, membuat kawasan wisata ini tak banyak pengunjung.
Dalam perjalanan saya merenung, Untuk apa saya Allah menciptakan saya? Apa tugas saya di bumi? Apakah saya sekadar hidup tanpa melakukan apa – apa.
Saat kehidupan kita ditempa oleh masalah, kadang kita ingin berhenti supaya kita tidak lagi merasakan lagi kesakitan. Kehidupan tetap berjalan sesuai alur yang kita mau. Tetapi faktanya tidak begitu. Ada saja masalah yang datang menerpa. Kadang datangnya begitu tiba – tiba tanpa warning.
Namun, jika kita berhenti itu bukanlah solusi. Meski masalah datang, Saya belajar untuk tetap melangkah, menguatkan kaki untuk tetap berjalan, meninikmati kesakitan. Kadang sesak sekali, kadang malah diselingi oleh tangis, tapi saya tetap memilih fokus melangkah, seberapapun lambannya langkah kita, asal kita tetap berjalan, Tanpa menoleh ke belakang dan tanpa berpikir bagaimana ke depannya. Tetap saja melangkah.
Setelah saya tidak berpikir berapa ratus tangga lagi yang saya naiki, langkah terasa lebih ringan. Senyum saya merekah akhirnya sampai. Rasanya luar biasa sekali setelah sampai di atas.
Segala rasa capai hilang, setelah saya melihat gapura dan anak serta suami yang menunggu. Setelah itu kami makan nasi jenggo di warung, dekat parkiran. Di sana juga menjual kelapa muda dan bir bintang. Kesukaan wisatawan Australia. Mereka meminumnya seperti air dingin.
Setelah kenyang, kami pun pulang. Next mau ke mana lagi?
Well, mungkin kalau kamu mau berlibur ke Bali dan sedang berencana ke Besakih tak ada salahnya mampir ke Taman Edelweis sebagai alternatif.