Rendezvous dengan jajanan pasar – seperti tiwul, gatot dan orog – orog adalah kesenangan sederhana bagi saya. Rasanya otentik dan tidak akan pernah tergantikan oleh jajanan kekinian. Sayangnya orang – orang cenderung meremehkan makanan lokal dan malah membanggakan produk asing seperti burger, pizza maupun kimbab.
Bisa jadi keengganan untuk menikmati jajanan tradisional tersebut di atas disebabkan karena penyajian penganannya yang sederhana. Tidak ada kesan estetis yang bisa disombongkan. Padahal makanan tersebut adalah salah satu kekayaan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya.
Ketika saya pulang kampung beberapa waktu lalu. Saya sempat mencicipi jajanan desa yang dibelikan Kakak ipar. Tentu saja saya senang sekali, melihat tiwul, orog – orog dan gatot di depan mata.
Ini bagaikan sebuah rendezvous dengan jajanan pasar saat almarhum Simbah Wedok masih ada. Walaupun saya tidak sempat blusukan ke pasar tradisional untuk membelinya sendiri.
Saya rindu rasanya yang khas dan ada memory indah terangkum pada jajanan tersebut yang mengingatkan saya pada almarhum Simbah Wedok. Dia suka membelikan saya jajan pasar sepulangnya beliau berjualan tempe tahu di pasar.
Tiwul merupakan penganan yang terbuat dari gaplek – yaitu singkong kering yang ditumbuk lalu dikukus kemudian ditambahkan gula merah serta diberi toping parutan kelapa. Makanan ini sangat populer di Gunung Kidul. Rasanya manis legit.
Dulunya tiwul adalah makanan pengganti nasi bagi orang – orang yang tinggal di daerah tandus. Mereka mengkonsumsi tiwul sebagai cara penghematan sebab harga beras sangat mahal sedangkan lahan mereka tidak menghasilkan.
Gatot teksturnya kenyal, ada yang rasanya manis dan ada yang sedikit asem. Penganan tradisional dari Gunung Kidul ini terbuat dari gaplek yang dikukus dan diberi parutan kelapa di atasnya.
Konon, nama gatot mengambil dari kata gagal total yang ditujukan pada singkong yang tidak tumbuh maksimal. Mengingat daerah Gunung Kidul terkenal dengan tanahnya yang tandus dan kering sehingga tidak menghasilkan pertanian yang cukup banyak.
Proses pembuatan gaplek sendiri memakan waktu cukup lama. Singkong di potong – potong kemudian dikeringkan hingga menghitam. Selanjutnya, jika mau memasaknya harus di rendam terlebih dahulu semalaman setelah itu baru bisa diolah.
Orog – orog adalah salah satu makanan khas Indramayu yang terbuat dari tepung beras, gula merah dan parutan kelapa. Saya malah melihatnya mirip dengan kue putu yang saya temukan di Bali tapi berbeda versi.
Yuk ah cintai jajanan lokal, kalau bukan kita siapa lagi dong? Masak kamu mau mempopulerkan bakso aja?