The savory of Indonesia tentang rengginang camilan renyah yang disukai jutaan manusia #3 – Rasa gurih dan tekstur renyah, dalam tiap gigitan membawa shimpony rindu di hati.
Adalah rengginang, camilan khas tradisional Indonesia, telah menjadi primadona jutaan manusia. Penggemarnya bukan hanya berasal dari emak- emak. Mulai dari anak – anak sampai para lansia pun, tak menolak diberi oleh – oleh maupun disuguhi penganan ini. Khususnya daerah Jawa yang suka banget dengan pengangan renyah dan gurih, seperti rengginang, selain krupuk tentunya.
Coba kamu perhatikan, saat hari raya, camilan yang paling laris adalah rengginang. Mengalahkan cake dan biscuit.
Bahkan, saat lebaran, isi kaleng biscuit Khong Guang sering menjadi sasaran tebak – tebakan, apakah isinya biscuit atau rengginang!
Rengginang, terbuat dari beras ketan putih, ada juga yang terbuat dari beras ketan hitam. Ketan kemudian diolah dengan cara mengukus, lalu dicampur dengan bahan atau bumbu seperti bawang putih, penyedap, terasi, kencur, bahkan lorjuk. Kemudian dijemur sampai kering, lalu digoreng dengan minyak panas. Untuk rengginang lorjuk menjadi oleh – oleh khas Madura yang terkenal. Saat teman saya ke Bali, pernah membawakan saya oleh – oleh ini.
Bentuk rengginang tidak melulu harus bulat tebal. Semua menyesuaikan dengan siapa pembuatnya. Ada yang pipih, ada yang bulat – bulat kecil. Untuk rasa, biasanya asin gurih. Tetapi kini, lebih bervariasi. Ada rasa manis yang dicampur dengan gula merah.
Seperti di Bali, menyebut rengginang sebagai jaje gina. Rasanya manis, karena ketannya dicampur dengan gula merah. Di Bali, jaje gina ini dibuat untuk keperluan upakara [upacara], dan Kehadiran jaje gina merupakan simbol kegembiraan dan pengabdian kepada orang tua.
Dulu, mertua perempuan saya, suka membuat jaje gina sendiri, untuk keperluan upacara. Sekarang sudah nggak lagi. Waktu yang sempit membuat generasi muda Bali, lebih memilih membeli jaje gina daripada membeli sendiri.
Itu menjadi pemikiran saya, bagaimana jika generasi tua sudah tidak ada, mungkinkah jaje gina masih ada?
The savory of Indonesia tentang rengginang camilan renyah yang disukai jutaan manusia #3
Rengginang berasal dari tanah Sunda, dan terdokumentasi dalam (Serat Centhini VI: 358:17) yang diterbitkan pada abad ke-18M.
Konon, rengginang ada karena ketidak sengajaan. Waktu itu, ada yang berencana membuat tapai ketan. Berhubung raginya hilang dan tidak menemukannya. Orang itu lalu mengomel “nyiar ragi teu meunang” (mencari ragi tidak dapat-dapat). Semenjak saat itu akronim nama rengginang hadir.
Daripada sia – sia, ketan yang sudah dimasak dia bentuk bulat dan dipipihkan, kemudian dijemur lalu digoreng hingga mengembang.
Di Sumatera Barat, camilan yang mirip rengginang disebut ‘Batiah’ dan menjadi penganan khas Payakumbuh.
Filosofi rengginang
Saya suka banget dengan rengginang. Mungkin teksturnya yang renyah dan rasanya yang asin gurih, seperti lakon hidup saya renyah, asin dan gurih.
Saya gak peduli, meskipun ada yang bilang rengginang adalah makanan kampung, dan kalah pamor dengan ‘jajanan’ ala bule.
Suka gak suka, selama ini kita sering berkiblat ke barat. Kita tidak percaya diri, dan terlalu menganggap orang bule itu lebih hebat dari kita.
Kita sering berlaku di luar nalar, overproud dengan apapun yang berbau ke barat – baratan, menyepelekan budaya serta makanan khas Indonesia sendiri.
Sebaliknya, orang bule itu menyukai budaya dan makanan kita. Saya melihat dengan kepala saya sendiri, saat handle tamu sewaktu bekerja di hotel, dan yang terakhir, handle photoshooting untuk aktivitas di Ubud yang salah satunya adalah membuat jaje gina.
Foto modelnya orang Rusia, dan mereka antusias membuat rengginang dan matanya berbinar – binar saat mencicipinya.
Jadi, sebagai oran Indonesia, kita sebaiknya bangga dengan budaya dan kuliner yang kita miliki. Salah satu cara simple, adalah dengan menyebarkannya lewat media sosial, kita punya makanan khas yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Selain itu pula, makanan yang kita punya menyimpan filosofi. Rengginang, menjadi symbol ‘persatuan’. Nasi ketan yang saling berhimpit dan saling menempel mengisi ruang, dan tidak tergoyahkan.
Ibarat team, ketika semua bersatu, maka kita menjadi lebih kuat dan bisa mengalahkan rintangan apapun.
Karena menggunakan beras ketan, rengginang juga dianggap sebagai symbol ‘kemakmuran’.
Begitulah cerita The savory of Indonesia tentang rengginang camilan renyah yang disukai jutaan manusia #3. Oh iya, kalau kamu mencari inspirasi menu masakan rumahan low budget bisa klik di sini.
Salam cinta dari Bali