Sate jelajah Nusantara melalui masakan part 2 – Rasa, manis, gurih serta pedas, dalam tiap gigitan sate membawa harmoni dan kehangatan tersendiri.
Sate adalah symbol keanekaragaman kuliner Nusantara yang patut dibanggakan. Hidangan satu ini mudah sekali diketemukan, baik di pinggir jalan, warung kaki lima hingga di restoran. Sajian ini, sangat terkenal hingga mancanegara dan banyak orang yang menyukainya.
Biasanya terbuat dari daging ayam atau sapi yang dipotong kecil – kecil, kemudian dibumbui dengan rempah – rempah, lalu ditusuk dengan tusukan sate, dan dibakar dengan arang. Kemudian diguyur dengan saus kacang atau kecap manis serta irisan bawang merah sebagai penambah rasa.
Artikel ini, adalah kelanjutan tulisan saya sebelumnya yang mengulik tentang ayam palekko, jelajah Nusantara melalui masakan part 1.
Semakin ke sini, rasa cinta saya terhadap makanan makin besar. Bukan hanya ingin tahu tentang resep, bagaimana cara dan proses memasaknya.
Sejarah berikut filosofi yang terkandung dalam suatu makanan, mencuri perhatian, menggugah atensi, antusias saya untuk terus belajar serta menyelaminya.
Aktifitas tersebut, lambat laun tanpa saya sadari membawa perubahan besar pada diri saya pribadi. Rasa syukur yang kian melimpah, serta rasa hormat terhadap makanan membuat saya makin tersadar bahwa saya bukanlah siapa – siapa.
Supaya lebih lengkap kita bahas sate, jelajah Nusantara melalui masakan part 2 berikut resep di bawah ini.
Asal mula sate dan filosofinya
Sate berasal dari Jawa, tepatnya daerah Ponorogo. Dulunya kata sate berasal dari Bahasa Jawa {dialeg Panorogan] yaitu sak biting [satu tusukan].
Ada sebuah cerita rakyat yang mengisahkan tentang asal mula sate. Hidangan ini ditemukan sekitar abad ke -15, pada masa Batoro Katong selaku Bupati Ponorogo. Sate Ponorogo berupa potongan daging yang memanjang, kemudian ditusukkan pada lidi.
Saat itu, sate merupakan hidangan para warok, yaitu lelaki yang memiliki sifat kesatria, berbudi pekerti luhur, dan memiliki wibawa tinggi di kalangan masyarakat. Warok juga memiliki peranan penting dalam kesenian, kebudayaan, sosial, bahkan politik di Ponorogo.
Selanjutnya, pada saat Arya Panoleh yang berasal dari Madura mengunjungi Batoro Katong di Ponorogo. Dia menyajikan hidangan sate dan meminta Arya Panoleh membawanya ke Madura.
Arya Panoleh dan rombongan, rupanya menyukai cita rasa sate yang nikmat. Mereka tertarik untuk mempelajari resep sate, mengingat geografis tanah Madura yang gersang, sehingga sangat sulit untuk menumbuhkan sayuran. Dia berpikir, mereka mudah mengolah pangan hewani seperti ayam, kambing, sapi menjadi hidangan lezat di Madura.
Setelah itu, Arya Panoleh mengenalkan sate ke rakyatnya yang kemudian hari Sate Madura menjadi ikon daerah tersebut.
Dalam filosofinya, sate adalah menyatukan setiap elemen. Daging yang terpotong dan ditusuk merupakan perwujudan terhadap persatuan berbagai elemen agar menjadi satu kesatuan.
Selanjutnya, pada abad ke – 19 sate menyebar ke seluruh Nusantara dan pada akhir abad ke – 19 sate telah melewati Selat Malaka, kemudian bermigrasi ke negara tetangga Malaysia, Singapura, Thailand, serta negara – negara lainnya.
Pada perkembangannya, sate dan bumbunya kini lebih variatif. Sate tidak melulu memakai daging sapi, kambing, atau ayam. Mereka juga menggunakan tempe, sebagai sajian murah meriah serta mengolah bahan – bahan yang dulunya dibuang seperti jeroan dan usus ayam untuk bahan sate, menggantikan daging.
Beberapa waktu lalu saya membuat hidangan sate ayam vs sate tempe.
Kali ini saya membuat sate usus ala angkringan
Resep sate usus ala angkringan
Rasa sate usus ala angkringan ini, membawa saya ke memori masa kecil, di mana almarhummah Mama suka membelikan saya sate usus. Hidangan ini memiliki cita rasa manis gurih dan sedikit pedas.
Sate usus, biasanya menjadi teman soto atau sebagai camilan di warung – warung angkringan. Tapi, saya menggunakannya sebagai menu lauk low budget.
Harga sekilo sate usus itu sekitar 15 ribu Rupiah, dan kami bisa membaginya untuk 2 atau 3 kali hidangan yang berbeda. Bukankah ini sangat hemat, untuk menu masakan sehari – hari. Ketika harga barang – barang semua naik, rasanya melakukan penghematan di dapur, sangatlah baik dilakukan. Kita tetap bisa makan enak, tanpa perlu keluar banyak uang.
Bahan
500 gram usus ayam, cuci bersih
Minyak untuk menumis
1 gelas santan
Bumbu halus
6 cabe besar
5 bawang merah
4 bawang putih
2 kemiri
1 ruas jahe
1 ruas kunyit
Lengkuas, 1 iris
Bumbu lain
Kecap manis
Garam
Gula merah
Penyedap/ kaldu sapi bubuk instan
Cara membuat
Rebus usus ayam dengan jahe, daun jeruk dan daun salam. Masak hingga matang, tiriskan, dan sisihkan.
Tumis bumbu halus sampai wangi, kemudian masukkan santan, kecap manis, garam, gula merah dan penyedap.
Setelah itu aduk rata, lalu masukkan usus ayam yang telah direbus dan masak hingga bumbu meresap sempurna. Angkat dan tusuk dengan tusuk sate.
Supaya lebih enak. Kamu bisa menggoreng sate usus dengan sedikit minyak, atau memanggangnya selama bebeberapa menit.
Yummy, hidangan sate usus siap dinikmati.
Nah, bagaimana menurut kamu hidangan sate, jelajah Nusantara melalui masakan part 2. Cobain deh siapa tahu kamu suka.
Salam cinta dari Bali