Salahkah menjadi tradwife? – Pertanyaan yang selalu menjadi perdebatan panjang tak berujung, selalu ada pro dan kontra yang menyertainya. Tradwife (aka traditional wife) di mana perempuan tidak bekerja, dan mendedikasikan dirinya menjadi ibu rumah tangga. Mengurus suami, anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Sebenarnya hal ini lumrah di Indonesia. Suami berperan mencari nafkah.dan istri yang mengurus keluarga.
Namun, tradwife tidak umum di Amerika. dan menjadi luar biasa saat di expose di media sosial.
Seperti yang dilakukan oleh Estee William dari Virginia. Wanita berumur 25 tahun, rambut blonde seperti Marilyn Monroe, serta pakaian bergaya klasik.
Dengan bangga dan bahagia dia membagikan kesehariannya menjadi tradwife. Mulai dari memilih baju, menata rambut, memakai make up, memasak, membuat roti, mengatur rumah hingga mencuci pakaian.
Hal – hal sederhana yang biasa dilakukan oleh perempuan yang tinggal di rumah. Menurut pengakuannya, Estee William ingin menghadirkan rumah yang nyaman dan hangat bagi keluarganya.
Di sini saya paham, siapa sih yang tidak merasa senang, jika pulang kerja, melihat rumah rapi, ada makanan enak dan anak – anak sudah rapi dan wangi?
Kemudian video tersebut menjadi viral dan menjadi perbincangan khalayak ramai.
Ada yang setuju dan tidak sedikit yang menghujat.
Trend tradwife
Trend tradwife akhir – akhir ini menjadi sajian menarik di tengah – tengah maraknya berita childfree, resesi, dan feminisme. Ini menjadi oase menyegarkan, seperti sebuah pemberontakan yang menghentak seluruh vena.
Selama ini, sadar atau tidak, kita telah mencekoki pikiran kita fantasi – fantasi liar akibat pengaruh budaya luar, gerakan emansipasi dan keseteraan gender. By the way, keseteraan macam apa sih yang kita mau? Munkin, saya terlalu gagu menafsirkan. Kenyataannya laki – laki dan perempuan memang kodratnya berbeda.
Kita perempuan menjad ngelunjak mau mensejajarkan diri dari laki – laki, kemudian merasa terdzolimi saat kita melakukan pekerjaan yang lelaki biasa lakukan. Misalnya mengganti genteng bocor.
Sebaliknya, perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga selalu dianggap lebih buruk, mereka dianggap tidak produktif, babu dan budak laki – laki.
Kemudian, terlalu cheese, ketika ada yang menganggap perempuan babu laki – laki, membuatkan makanan seperti nasi goreng, minuman atau menyetrika baju pasangan. Padahal itu adalah bentuk cinta kasih dan sebagai cara menghemat uang pasangan.
Faktanya tidaklah demikian, justru perempuan yang mendedikasikan dirinya menjadi ibu rumah tangga adalah perempuan yang tahu prioritas, mengesampingkan insecurities hidupnya demi orang lain.
Dia sadar sepenuhnya, berkarir dan menjalankan peran sebagai istri dan ibu tidaklah mudah. Jika tidak ada suport system yang baik. Keduanya tidak bisa dijalankan secara sempurna, pasti ada satu yang kalah, entah keluarga (anak) atau pekerjaan.
Tradwife vs ego
Masalahnya, ada banyak cerita yang memgungkapkan negatifitas tentang seorang IRT. Mereka yang bekerja mencari uang suka merasa superior dan menihilkan peran perempuan yang tinggal di rumah.
Mereka sering menghina dan menganggap wanita yang tinggal di rumah sebagai benalu dan mahluk yang hanya pandai menghabiskan uang.
Jika mau menelaah dan sama – sama sadar akan peran masing – masing, maka kita akan terdiam dan mengakui bahwa pekerjaan mengurus rumah terutama anak tidaklah semudah menunjuk jari.
Ada banyak effort yang harus perempuan lakukan,seperti mengusir kesepian dan kejenuhan menjalani rutinitas tiap hari. Belum lagi menjaga kewarasan akibat sering dilecehkan.
Opini pribadi
Apabila kamu memilih menjadi tradwife, ada baiknya berkomunikasi dengan pasangan. Jangan sampai nanti ada keterpaksaan di salah satu pihak dan menjadi bumerang pada urusan rumah tangga kalian. Pikirkan positif negatif dari semua aspek.
Menjadi ibu rumah tangga itu menyenangkan sekaligus mencemaskan. Asli tidak enak banget, kalo kamu tidak punya uang sendiri, apalagi kalo kamu sudah punya anak.
Contoh sederhana, ada kalanya kita pingin menyenangkan diri sendiri dan membelikan anak kita hasil dari jerih payah kita. Ada rasa bangga, ketika kita bisa membelikan yang mereka inginkan. Bukan hanya itu, kita juga bisa melakukan kebaikan tanpa perlu menunggu uang dari suami.
Gunakan sebagai inpirasi video – video tradwife yang masih bisa berdandan cantik, menata rambut dan lain sebagainya. In real liife, tidak demikian, saat kamu punya anak, bisa ke toilet dengan tenang saja sudah luar biasa.
Jadi. meskipun kamu menjadi tradwife ada baiknya kamu juga menghasilkan uang.
Bekerja tidak harus keluar rumah, dari rumah pun bisa misalnya menulis di goodnovel, Lentera. App atau jualan online. Anak, suami, dan rumah terurus, kamu juga bisa menghasilkan uang, at least untuk nambah uang jajan anakmu.
Lantas, salahkah menjadi tradwife? Tentu saja tidak, asal kamu nyaman menjalaninya dan yang paling penting, pasangan kamu sanggup mencukupi kebutuhan kamu.