Passion vs duit – Dua hal yang membuat saya merenung lama. Passion mengenai pekerjaan yang kita cintai, yang membuat kita bangun bergairah setiap pagi. Sedangkan duit sesuatu yang membuat hidup kita “tenang”.
Saya gak munafik, saya suka duit. Dengan memilki uang, saya bisa menyenangkan diri sendiri, keluarga dan bebas berderma membantu orang yang membutuhkan.
2 tahun adanya covid telah memberikan ilmu langit. Pengalaman pahit dan kondisi keuangan yang terpuruk membuka mata untuk lebih berhati – hati dalam mengelola keuangan.
Nyesek banget bila ingat dompet hanya terisi 5 ratus perak, sementara dagangan belum ada yang beli. Memikirkan bagaimana buat makan besok membuat hati makin nelangsa. Tetapi setelah melewatinya menjadikan saya pribadi jauh lebih bersyukur, legowo dan hidup seapa adanya.
Well, mengenai passion vs duit, sahabat saya pernah memprovokasi, make your passion into money. Sewaktu dia tahu saya getol belajar masak. Waktu itu saya sempat kesal dengarnya. Karena saat itu memasak hanya sebagai ajang treasure – mencari jawaban yang “lidah” inginkan.
Saya suka kepo, jika saya makan sesuatu dan rasanya tidak sesuai selera, maka saya mencari tahu dan membuatnya dengan resep saya. Tetapi sahabat saya tetap “jahil” dia terus memprovokasi, hingga membuat saya ketrigger dan sebel dengannya. Hahahahaa.
Selanjutnya saya membuat Dapur Sukabeda dengan tahu geol dan makanan vegan khususnya nasi goreng vegan sebagai “daya pikat” yang lebih mengutamakan makanan local tempe dan tahu.
Makanan tersebut saya jual melalui aplikasi online. Momennya pas, saat saya bosen, lamaran kerja saya dighosting setelah saya kembali ke Bali.
Eh, gak nyangka ternyata makanan saya ada yang beli, sasaran yang saya bidik tepat pula, wisatawanan asing yang tinggal sekitaran Canggu!
Dari situ saya mulai pede. “Oh ok, ternyata saya bisa masak, makanan saya laku!” Makin serius deh belajar masak. 3 – 4 bulan pertama penjualan bagus. Saya mendapatkan repeater pembeli.
Namun, setelah covid masuk ke Indonesia, usaha saya yang baru berjalan terkena imbas, karena mayoritas pembelinya wisatawan asing.
Saya putar otak untuk membuat menu lalapan dan non vegan untuk menjaring pembeli local. Sayangnya, ide tersebut tidak berjalan lancar. Pembeli “Vegan” pun inbox bertanya apakah saya mencampur minyak habis menggoreng ayam? Saya jawab tidak.
Saya mengerti, ada pembeli vegan yang fanatik, mereka tidak mau makanannya terkontaminasi oleh bahan lain selain non vegan. Setelah itu saya memutuskan untuk fokus menjual makanan vegan/vegetarian saja.
Dengan wisatawan sedikit, hal ini mempengaruhi Dapur Sukabeda. Usaha saya memang tidak mati, tetapi naiknya sangat lamban. Hasil income cukup buat makan.
Mau tidak mau saya pun berfikir untuk mencari income lain. Saya pernah menangani project Secret Boutique Guesthouse dan menjadi researcher di Begawan Life.
Tugas utama saya di Secret Boutique Guesthouses menemukan dan mencari guesthouses yang memiliki keunikan di seluruh Indonesia serta memiliki visi mengangkat local wisdom dan memikirkan bisnis berkelanjutan.
Tak sulit bagi saya menemukan guesthouse, hostel maupun villa yang SGH inginkan karena secara naluri saya amat menyukai bangunan yang menggunakan bahan – bahan natural, seperti bambu, alang, alang, kayu dan lain sebagainya.
Sementara di Begawan Life, saya mencari “story” yang terpendam berikut membuat plan paket wisata.
Kedua proyek pekerjaan tersebut masih relevan dengan pekerjaan saya sebelumnya di bidang hospitality.
Setelah kedua proyek tersebut selesai, saya lalu kepikiran untuk membuat Novel di apps Goodnovel, sambil menunggu orderan makanan datang. Siapa tahu, passion terpendam menulis saya bisa menemukan sorotnya dan bisa menghasilkan uang suatu hari nanti.
Pekerjaan menulis bukanlah pekerjaan instan, menulis adalah pekerjaan panjang, long live learning yang membuat kita terus mengasah otak.
Selanjutnya saya pindah, dapur sukabeda terpaksa saya tutup karena berbagai alasan. Kemudian set back, memilih fokus menulis novel, blog, serta membuat dapur sukabeda dengan “cara berbeda”.
Dari apa yang saya lakukan, saya mulai paham kata – kata sahabat saya. Passion bisa menghasilkan uang, tetapi uangnya tidak bisa langsung banyak. Butuh GRIT [passion + perseverance] tinggi untuk mendapatkan uang sesuai yang kamu mau, dan itu adalah perjalanan berdarah – darah, bukan pekerjaan instan seperti kamu mengedipkan mata dan jin tomang datang membantu.
Namun, dibalik kesulitan melakukan pekerjaan sesuai passion, kamu akan menemukan kedamaian dan kesenangan dan kepuasan di hati, meski duitnya belum banyak, hehhehehe.
But once again,
Jika kamu masih muda dan ingin melakukan pekerjaan sesuai dengan passion kamu. Lebih baik pikir ulang dulu deh.
Saran saya, lebih baik kamu kerja yang bener dulu, banyakin nabung, dan buat passion kamu sebagai side hustle. Setelah hidupmu stabil, tabungan banyak dan yakin kamu bisa hidup dengan melakukan passion kamu, baru kamu bisa melakukan pekerjaan sesuai passionmu.