Kenapa orang Jawa suka menambahkan gula pada masakannya? – Saya perhatikan ada perbedaan yang cukup signifikan antara masakan Jawa dan Bali, salah satu perbedaan mencolok adalah adanya penggunaan gula!
Saya memakai contoh masakan Bali dan Jawa, karena saya orang Jawa, sedangkan suami orang Bali, sehingga saya cukup sering melihat bagaimana mereka mengolah masakan.
Dalam masakan Bali, mereka cenderung menggunakan lebih banyak bumbu bawang putih dibandingkan bawang merah, berpadu dengan banyak bebungkilan [rimpang] seperti kencur, laos, jahe. Rasa masakannya khas dan beraroma tajam.
Berbeda dengan masakan Jawa rasanya cenderung gurih dan manis, meskipun menggunakan rimpang tapi tidak sebanyak masakan Bali.
Kami orang Jawa, memang suka menambahkan gula, baik itu gula merah atau gula putih untuk menambah rasa gurih masakan.
Meskipun saya bukan penggemar makanan manis, tapi saya tetap suka menambahkan sedikit gula pada masakan, walaupun tidak semua masakan sih, misalnya salad.
Ngomong – ngomong kenapa orang Jawa suka menambahkan gula pada masakannya? Yuk cari tahu.
Alasan masakan Jawa cenderung memiliki rasa manis.
Hal ini terjadi akibat perang Diponegoro kas Hindia Belanda terkuras habis, kemudian Gubernur Jendral Van Den Bosch, menerapkan Cultuur stelsel atau sistem tanam paksa. Daerah Jawa Tengah dan Timur kebagian menanam gula, sedangkan Jawa Barat kebagian menanam kopi dan teh.
Otomatis, penerapan tersebut membuat 70% daerah pertanian berubah fungsi yang mengakibatkan berkurangnya pasukan beras, dan menimbulkan kelaparan. Untuk menyiasatinya, orang – orang Jawa memasak air tebu.
Walaupun keadaan sudah kembali normal, kebiasaan mengkonsumsi manis tetap tidak hilang.
Bagaimana dengan orang – orang Jawa Barat yang menanam kopi dan teh? Entahlah saya belum menemukan artikel mendukung tentang hal ini. Mengingat kebiasaan mereka yang suka mengkonsumsi lalapan dan bisa membuat kenyang lama.
Namun akibat surplus teh orang – orang Jawa Barat suka memberikan teh tawar gratis dan kebiasaan itu masih berlaku sampai sekarang. Jika kamu makan di warung dan memesan teh, maka yang muncul adalah teh tawar, bukan teh manis. Sangat berbeda sekali dengan teh Tengah dan Jawa Timur.
Gula sebagai bahan pengawet Makanan
Menilk sebagian besar masyarakat Jawa adalah petani. Kebiasaan mereka pagi buta sudah pergi mengurus ladang dan sawah.
Hal ini tentu saja sangat merepotkan para wanita yang bertugas mengurus rumah.
Solusinya, para wanita memasak makanan dalam porsi besar sekaligus untuk seharian atau dua hari ke depan untuk keluarga mereka.
Selanjutnya supaya makanan awet, mereka menambahkan gula Jawa atau gula pasir pada masakan.
Gula merupakan pengawet alami, memiliki sifat higroskopis yang berfungsi menyerap air menyebabkan sel-sel bakteri mati karena dehidrasi.
Selain itu menambahkan gula pada makanan berkuah seperti sayuran bersantan gunanya supaya saat dihangatkan, kuahnya tidak bertambah asin.
Supaya lebih lengkap, saya share resep masakan mie goreng rumahan ala dapur sukabeda. Rasanya lezat, gurih, dan manis. Pas banget untuk santapan makan siang kamu
Resep mie goreng rumahan
4 mie aci, rebus 3 menit, tiriskan
½ wortel, iris korek api
1 seledri iris
1 telur kocok
Minyak untuk menumis
Kecap Inggris
Kecap asin
Minyak wijen
Gula Jawa sesuai selera
Royco
Air kaldu ayam
Bumbu cincang
¼ bawang bombai
3 bawang putih
Cara membuat
Tiriskan mie aci yang sudah direbus, kemudian tambahkan kecap Inggris, kecap asin, minyal wijen, aduk rata.
Selanjutnya Buat telur orak arik dengan minyak secukupnya, masukkan bumbu cincang dan tumis hingga wangi. Masukkan wortel, aduk rata.
Setelah wortel agak layu, masukkan mie, campur rata. Berikutnya berturut – turut masukkan gula merah, dan royco. Aduk rata dan masak hingga bumbu meresap.
Dalam masakan ini, saya tidak menambahkan garam, karena sudah asin dari kecap asin. Kemudian angkat dan sajikan.
Videonya ada di sini.
Hmmm… aromanya wangi begitu mengundang selera. Cobain deh siapa tahu kamu suka.
Nah, sekarang kamu paham kan, kenapa orang Jawa suka menambahkan gula pada masakannya?