Ibu Rumah Tangga: Wanita Pengangguran. Menghapus stereotip buruk ibu rumah tangga bukanlah perkara gampang. Narasi buruk oleh stigma masyarakat terlanjur melekat pada pekerjaan ibu rumah tangga.
Wanita yang menjadi ibu rumah tangga dipandang sebelah mata, dianggap wanita pengangguran, kaum lemah, bodoh, benalu, tak berdaya dan sering di asosiasikan sebagai mahluk paling kurang produktif dan tidak menghasilkan uang.
Padahal realitanya tidak demikian. Pekerjaan rumah tangga tak pernah ada habisnya. Dia harus bertanggung jawab dengan keseluruhan kebutuhan rumah tangganya.
Melakukan pekerjaan domestik yang sama setiap hari, tanpa bayaran dan libur. Menjenuhkan dan menghilangkan identitas, tapi tetap dilakukan.
Secara psikologis ibu rumah tangga bertanggung jawab dengan kenyamanan dan ketenangan rumah. Coba bayangkan jika seorang Ibu abai dengan tugasnya mengurus rumah?
Otomatis seluruh sendi pilar rumah goyah. Anak dan suami tidak terurus, rumah berantakan dan seabreg masalah datang menyusul.
Pekerjaan yang katanya sepele?
Sayangnya orang – orang menutup mata, karena hanya fokus pada produktifitas dan materi [uang] yang dapat wanita hasilkan.
Padahal mengurus rumah, keluarga serta pandangan orang – orang yang negatif menjadi beban mental sendiri. Kamu harus bisa kuat dan tampil cuek.
Saya bicara begini karena sudah mengalami banyak hal. Saya pernah menjadi pekerja, menjadi ibu rumah tangga, maupun sebagai wiraswasta. Jadi tahu banget perbedaan rasanya menjadi wanita bekerja vs tidak bekerja.
Jika kamu memutuskan menjadi ibu rumah tangga, jangan harap orang akan mengapresiasi pekerjaanmu. Suaramu tidak bakalan didengar sekeras apapun kamu bersuara.
Jangan harap orang akan menoleh kamu karena kamu dianggap tidak ada. Kamu diremehkan, bukan saja oleh kaummu sendiri tapi banyak orang. Catet!
Kemudian ribuan pertanyaan bersliweran datang, menebalkan perasaan insecure. “Kok gak kerja?? Atau “Enak ya jadi ibu rumah tangga, gak ngapa-ngapain?”
Asli pingin garuk- garuk aspal. Duh memangnya kita menyetrika kasur seharian alias rebahan sepanjang waktu.
Hos!
We don’t know the reason behind, unfortunately we easily judge someone.
Tapi, jangan sedih kawan. Justru dengan konotasi buruk ibu rumah tangga: wanita pengangguran menjadi landasan untuk terus bergerak, belajar hal-hal baru menambah nilai diri dan melakukan pekerjaan yang kamu suka.
Ini sudah saya observe, ketika saya fokus menulis novel, blog maupun saat memasak dan mengeluarkan semua ide yang ada di kepala. Proses kegiatan kreatif tersebut sungguh memuaskan hati.
Saya tidak perlu lagi mencari perhatian dan apresiasi dari orang lain. Lebih baik saya berpikir bagaimana membangun dan memelihara semangat untuk berkembang.
Intinya, gak peduli kamu sebagai ibu rumah tangga atau bukan.
Selama kamu terus maju, kamu akan terus bertumbuh, semakin produktif menyalurkan bakat dan later on you will gain what you dream of.
Yuk ah jadi ibu rumah tangga yang bahagia.
Salam bahagia dari Bali.
haii bu endah..
Salam kenal
dari anik ibu dg 4 orang anak yg hebat
Halo Kak Anik, salam kenal juga.