Gak usah dipikirin, mulai aja dulu! – Hal yang paling menakutkan dalam hidup adalah memulai. Ada banyak pemikiran menakutkan yang membelenggu. Bagaimana jika ini tidak berhasil? Bagaimana jika orang mengejek dan sejuta pertanyaan konyol muncul, menambah riuh kepala.
Semakin kamu pikirkan, pikiran itu semakin kuat menarik pertanyaan – pertanyaan lain dengan disertai bukti – bukti negatif yang memperburuk pemikiran. Hasilnya? Kamu takut gagal dan enggan memulai.
Dulu, saya takut sekali gagal, terlalu overthingking dan lebih memikirkan pendapat orang lain tentang saya, ditambah almarhum Mama sering mengatakan “ojok, Nduk” [jangan nduk], menjadikan gerak – gerik saya terbatas.
Sebagai anak satu – satunya, Mama sangat protektif melindungi kedua anaknya, saya dan Kakak. Kalau bisa semua disodorin di depan hidung kami.
The story of “gak usah dipikirin”
Selanjutnya, pengalaman hidup yang saya lalui mulai merubah pemikiran. Jika saya terus diam dan menanti “bantuan” orang lain, kapan saya maju.
Alhasil, ketakutan – ketakutan itu mulai saya lawan. Saya berpikir “mulai aja dulu” soal hasil terserah nanti.
Setelah menikah, dan anak mulai bisa dilepas, saya nekad membuka usaha laundry. Bisnis yang pertama saya kali geluti, dan sama sekali nol di bidang itu. Buka laundry bukan hanya sekedar mencuci baju, saya mau punya pelanggan dari vila – vila bukan cuma melayani laundry orang rumahan.
Lantas, saya mencari jalan keluar, dengan berkeliling, mengetuk pintu villa demi villa mengajukan proposal. Alhamdulillah bisnis itu jalan, kami punya pelanggan tetap dan ada dua staff yang membantu pekerjaan saya.
Pas, bisnis sedang moncer dan naik daun, badai menghantam perkawinan. Di situ kekuatan saya diuji. Apakah mau meneruskan bisnis atau membiarkan rumah tangga hancur mau dikuasi pihak ketiga. Karena saya mau ketenangan, saya terpaksa tutup laundry. Saya pindah ke kota kelahiran, dan memulai bisnis baru lagi, warnet. Modal nekat disertai doa. Bisnis ini berjalan sekitar 9 tahunan.
Sayangnya kenyamanan itu membunuh. Kami terlalu nyaman, sehingga tidak berpikir untuk mencari celah income lain. Saat pendapatan kami menurun dan anak mulai butuh biaya lebih. Kami kelimpungan. Di situ saya mulai berpikir lagi, untuk merubah haluan, mencari jalan
Saya kembali merantau sendirian balik lagi ke Bali, meninggalkan anak dan suami, bekerja di hospitality dan melawan ketakutan jauh dari anak. Hal itu sempat membuat saya terpuruk. Kemudian ketakutan itu hilang saat dilawan dengan kesibukan pekerjaan.
Sayangnya rencana demi rencana tidak berhasil dilalui dengan baik, ada saja masalah datang yang membuat saya dan suami harus mereset ulang rencana.
The story of mulai aja dulu
Kemudian, setelah anak lulus SMP, barulah kita semua memberanikan diri pindah ke Bali lagi. Dengan bermodalkan bismillah dan barang seapa adanya, kami tinggalkan rumah dan tempat usaha di kota kelahiran saya.
Realitanya, rencana yang telah saya susun manis, berantakan. Pekerjaan yang dulunya mudah saya dapatkah, kini tidak! Dan itu mengakibatkan rasa percaya diri saya anjlok ke titik nol.
Lebih – lebih, setelah Om suami, mempertemukan dengan seorang “Indigo”. Katanya aura saya ditutup seseorang dan ada kuntilanak yang mengikuti. Untuk menghilangkan energy buruk tersebut dia meminta saya untuk untuk melakukan “ritual” pembersihan.
Sayangnya, saya tidak mau, saya ngeri dan memilih untuk meminta pertolongan Allah. Bukannya mendapat dukungan, saya malah dimaki – maki oleh orang indigo itu. Semakin hancurlah hati saya.
Berhari – hari saya menangis dan berpikir, siapa sih yang jahat banget menutup aura dan mengirimi kunti ke saya? Semakin saya pikirkan, pikiran jelek cenderung makin membelenggu.
Jika saya begini terus dan memikirkan kata orang indigo itu, bisa gila saya. Lambat – laun saya berbenah. Saya berdamai dengan segala kemarahan. Saya punya Allah, kenapa saya harus takut, daripada saya terus menggerutu dan tidak membuahkan hasil. Lebih baik saya bergerak.
Selanjutnya, ide berjualan datang. Dengan modal 100 ribu, saya jualan tahu geol dan saya titip ke warung – warung. Langkah ini tidak begitu berhasil, camilan gorengan yang saya jual, tidak selalu habis.
Gak usah dipikirin mulai aja dulu
Kemudian, saya belajar mereview makanan yang saya buat, dan memberanikan diri untuk berjualan makanan secara online dan “Dapur sukabeda” saya create mengusung tema “makanan vegan dan vegetarian.” Sasaran saya bule. Selama 2 tahun covid melanda, kami bisa survived dengan dapur sukabeda.
Saya makin suka dan nyaman, karena saya bisa sambil menulis novel sambil menunggu orderan makanan.
Dapur sukabeda membuat kepercayaan diri saya tumbuh, ternyata ada lho orang yang membeli makanan saya. Seneng banget ketika bule datang ke tempat kos dan membeli makanan saya. Dia bahkan memuji makanan saya enak dan lain daripada yang lain. Kebahagiaan yang tidak bisa dibeli oleh uang.
Saya pupuk dan merancang mimpi membuat dapur sukabeda nyata. Bukan hanya menjual secara online tapi secara off line, di mana saya bisa memasak dan mengajari orang masak dengan mengambil bahan – bahan organic yang saya tanam sendiri di sekitar pekarangan rumah.
Selain itu saya juga bisa meneruskan hobby saya yang lain yaitu menulis. Kok bisa saya menulis. Ini juga suatu kebetulan. Dari dulu memang saya suka menulis, tapi terbatas pada menulis di blog keroyokan, blog pribadi yang narasinya kebanyakan “curhat”.
Daripada buat curhat lebih baik curhatnya saya buat versi yang berbeda, yaitu dalam bentuk novel dan buku..Platform yang saya incer adalah goodnovel, dan berhasil masuk. Hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya bisa menulis novel dan buku.
Setelah anak masuk kuliah, suami meminta saya untuk tidak meneruskan dapur sukabeda. Ini mengingat lokasi tempat kami ngekost tidak “nyaman” untuk berjualan dan tidak ada tempat parkir untuk ojol.
Memetik pelajaran
Tentu saja saya sedih, dan saya langsung bergerak untuk membuat dapur sukabeda versi lain yaitu dengan membagi kumpupan resep rumahan di youtube dapur sukabeda yang sudah vakum lama. Saya juga membuat blog secara professional sebagai tempat menaruh ide – ide resep rumahan seperti camilan dan cerita aktivitas saya yang lain.
Kini saya aktif di Youtube, Instagram dan Tiktok sebagai tempat sharing saya berbagi resep selain menulis tentunya. Jika kamu suka, jangan lupa follow, ya!
Satu hal yang saya pelajari adalah, mengawali sesuatu itu memang menakutkan, tetapi saat kita memulai, semua terasa ringan. Ada saja jalan, seolah – olah Tuhan telah menyediakan apa yang ingin kita ketahui.
Ternyata, apa yang saya dan kamu takutkan hanya ada dalam kepala, semua tidak nyata. Soal hasil, biarlah semesta yang menentukan. Saya tidak mau memikirkannya karena hanya membuat saya loyo. Jika memang rezeki saya ada di situ, pasti Tuhan akan membukakan saya jalan menuju ke sana.
So, jika kamu takut memulai sesuatu, jangan dipikirin, mulai saja dulu, nikmati proses dan pasrahkan hasil akhirnya pada semesta.
Yuk bareng – bareng semangat.