Dibuang sayang| nasi goreng terong – “Cooking is one failure after another, and that’s how you finally learn.”
Hari ini saya mencoba memasak nasi goreng terong. Sayangnya, rasa nasi gorengnya, GATOT [gagal total], tidak sesuai ekpektasi dan tidak ada harmoni sama sekali antara bahan satu dan lainnya.
Terong
Tanaman ini memiliki kandungan nutrisi, seperti lemak, karbohidrat, kalori, protein dan serat. Selain juga kandungan vitamin B1 dan B6.
Terong (Solanum melongena) atau bisa juga disebut dengan aubergine, berasal dari Cina dan India dan telah dibudidayakan di sana selama ribuan tahun.
Bangsa Moor Spanyol memperkenalkan terong ke Eropa selatan dan Timur yang menjadi sangat populer. Penjelajah awal Dunia Baru memperkenalkan terung ke Amerika pada tahun 1500-an.
Selanjutnya, tanaman yang memiliki warna ungu, hijau dan putih ini, menyukai suhu panas dan membutuhkan waktu 120 hari untuk panen. Terong yang berwarna putih rasanya sangat hambar, sedangkan terong ungu rasanya lebih manis daripada terong hijau.
Tulisan pertama tentang terong dijumpai pada karya pertanian kuno yang dibuat oleh Qí mín yào shù pada tahun 544.
Keisengan hakiki
Berawal dari iseng, pengen membuat sesuatu yang belum pernah saya coba. Terbersitlah ide untuk membuat nasi goreng terong.
Yaps, saya pernah membuat pasta dengan kombinasi terong, pastanya enak, rasanya tidak tabrakan dengan terong yang memiliki aroma langu, sedikit rasa pahit dan agak kenyal, jika dimakan mentah.
Dari situ keinginan mencoba makin membuncah. Ada berbagai pertanyaan bersliweran di kepala. Apakah nasi gorengnya enak bila dipadukan dengan terong?
Kenapa nasi goreng? Sebab, bumbu nasi goreng itu simple dan gampang membuatnya.
Sebagai penyuka terong, hal ini memicu adrenalin dan memaksa kaki ini untuk ke dapur, untuk segera mengeksekusi ide di kepala.
Belajar dari kegagalan
Dapur adalah tempat bermain – main sekaligus tempat relax saya. Di situ saya bisa memainkan seluruh indra dan mengeluarkan ide di kepala. Saya menyukai aroma bumbu dan masakan. Apalagi saat mendengar suara minyak panas yang beradu dengan bumbu dan wajan. Suaranya terdengar indah, seperti sebuah symphony, merilekskan penat di otak.
Saya ambil satu terong, dan memotongnya setengah. Kemudian saya potong panjang, menjadi finger stik ramping, gak sebesar jari – jari saya yang endut. Hehehehe.
Selanjutnya saya menggorengnya dalam minyak panas. Selagi menunggu terong matang. Saya mulai mengiris 2 siung bawang putih dan 2 buah tomat dan beberapa buah cabe. Nantinya, ke-dua bahan ini saya jadikan bumbu nasi goreng. Saya sudah membayangkan rasa asam, dan gurih.
Setelah terong matang. Saya tuang semua minyak, lalu menggantinya dengan 1 sdm blue band, dan menambahkan bawang putih, cabe dan tomat hingga harum.
Untuk menambah rasa, telur kocok saya masukkan, kemudian berurutan nasi, terong goreng, garam dan kaldu bubuk.
Dari situ mulai muncul keanehan. Sama sekali saya tidak mencium aroma wangi masakan, yang membuat saya bergairah. Ke mana larinya aroma itu? Saya bertanya – tanya sendiri.
Lantas, saya cicipi nasi gorengnya. Jegagik, Mak! Semua bayangan rasa dalam otak ambyar.
Kok rasanya gini? Rasa blue band, nasi, telur, bawang dan tomat seperti terserap habis oleh terong. Tidak ada harmoni rasa sama sekali.
Dari situ saya tersadar, memasak terong butuh perhatian khusus, dan tidak bisa sembarangan, karena cenderung menyerap rasa, cairan maupun lemak. Sehingga harus hati – hati menyandingkannya dengan bahan lain.
Well, saya harus banyak belajar, supaya bisa mix and match makanan dengan sempurna. Baiklah , kalau kamu suka memasak dan butuh inspirasi, boleh banget mampir ke chanel Youtube dapur sukabeda.