Pacaran sehat di Sanur kala nyepi laut – Sanur yang biasanya sibuk dan macet, hari itu tampak agak lengang. Boat bersandar dan berayun di tengah laut. Tiada aktifitas, karena hari itu adalah nyepi laut.
Apa itu Nyepi laut? Adalah hari di mana masyarakat Nusa Lembongan, Ceningan dan Nusa Penida, berterima kasih kepada laut dan samudera atas keberkahan yang diberikan Selama 24 jam. Mulai jam 6 pagi, hingga jam 6 pagi esok harinya.
Selama Nyepi Laut tidak ada perahu yang berangkat dari Bali menuju Nusa Lembongan, Nusa Penida maupun sebaliknya. Tidak ada aktivitas air apa pun termasuk berenang, snorkeling, menyelam, berselancar. Berjalan di sepanjang pantai diperbolehkan tetapi tidak berjalan di air.
Tradisi merayakan nyepi laut ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2024. Tradisi ini memang unik, karena memiliki nilai filosofi menjaga keharmonisan dan keseimbangan alam, khususnya laut.
Bagaimana pun, laut adalah sumber kehidupan. Banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada laut. Mereka mendapat ikan, garam, rumput laut, serta aktifitas pariwisata lainnya.
Nyepi laut adalah bentuk terima kasih, dan tahun 2024 diselenggarakan tepat tanggal 18 Oktober 2024, 1 hari setelah bulan purnama ke-4 (purnama kapat).
Sore itu, saya ngedate sama suami, ke Pantai Sanur. Kami tiba di Pantai Bangsal Sanur jam 3 sore. Matahari masih lumayan terik, dan tak banyak orang yang beraktifitas di pantai. Hanya pedagang kaki lima, pedagang pakaian, dan penyedia sepeda sewaan yang bersemangat menawarkan produknya.
Pacaran sehat di Sanur saat Nyepi laut
Karena air lautnya sedang surut, saya dan suami, hanya duduk di tepi pantai, menikmati lumpia sembari dikipasi angin pantai yang berhembus lembut.
Saya biasanya jarang pergi berdua dengan suami, biasanya paket komplet, bertiga bersama anak. Walaupun umur putri kami sudah dewasa, kami masih suka pergi reriungan ke mana – mana.
Mumpung dia belum menikah, jadi kami puas – puasin pergi ke mana – mana bareng. Kalo sudah menikah, kan sudah sibuk dengan keluarganya.
Tapi hari itu, putri kami sedang sibuk di kampus. Jadi, saya dan suami pergi berdua saja pacaran di pantai, hahahahaha, mengingat masa lalu, sambil makan lumpia. Ngedate murah meriah.
Setelah cukup lama duduk, kami lalu jalan – jalan ke Matahari Terbit. Di sini, kalau pagi bagus sekali, menunggu sunrise. Kemudian di lanjutkan berjalan – jalan hingga ke Palabuhan Sanur.
Rasa sedih terbersit di hati, melihat para penjual duduk termangu di depan lapak. Kondisi ekonomi saat ini memang sedang lesu.
Setelah itu balik lagi ke Pantai Bangsal. Maunya jalan lagi sampai ke Pantai Mertasari, tapi kok ya, capek… wkwkkw.
Saya dan suami kewalahan menghadapi panas matahari yang masih garang. Kami tidak langsung pulang ke Jimbaran, melainkan masih jalan – jalan ke penjual tanaman di daerah Renon, lihat bunga. Saya membeli bunga sandat [kenanga] biar gak usah beli lagi, kalau mau bikin infused water bunga kenanga.
Setelah itu, kami duduk – duduk di Lapangan Badung. Lihat anak – anak kecil bermain. Gak nyangka sekarang makin rame, gak hanya anak – anak yang bermain, orang – orang yang berolah raga.
Lapangan Puputan Badung didominasi juga oleh pedagang asongan, lukisan untuk anak, pedangan mainan, ibu pengamen, bahkan ibu – ibu yang menawarkan massage. Mereka tetap berjuang, menyingkirkan rasa malu, meski tak banyak pelanggan.
Walaupun cara pacaran saya dan suami sangat sederhana. Saya sangat bersyukur sekali, di mana saya banyak belajar dan melihat hidup orang lain dari sisi yang berbeda.
Yuk ah, bagi kamu yang sudah punya pasangan, tak ada salahnya meluangkan waktu, pacaran sehat dengan pasangan kamu. Lumayan lho, buat nambah bonding.
Satu lagi, buat menyenangkan pasangan, sesekali boleh tuh memasak makanan buat mereka, dan temukan inspirasinya di sini.
Salam cinta dari Bali