Jangan terlalu bahagia segalanya bisa berubah – Kesalahan terbesar saya adalah saya sering terlalu bahagia, dan berkoar – koar tentang pencapaian saya.
Ngomong – ngomong, siapa sih yang tak suka pencapaian? Saya rasa, semua orang menyukainya, dan bersuka cita share ke media sosial tentang pencapaian, sebagai bukti aktualisasi diri.
Contohnya, saya! Sebagai istri penuh waktu, sekecil apapun pencapaian, merupakan langkah konkrit bertumbuh, dan kebahagiaan yang tak bisa diukur oleh uang. Saya pengen menginspirasi orang, bahwa seorang ibu rumah tangga bisa tetap produktif di rumah.
Namum, saya mendapatkan pelajaran berharga karena faktor keemberan saya di media sosial, dan membuat saya merenung tentang hidup.
Keluhan yang membawa cerita
Beberapa waktu lalu, saya mengeluh ke salah satu pihak, tentang ketidak nyamanan akan suatu kondisi. Harapan saya, dengan saya melakukan itu ada saling pengertian dan kejelasan. Saya ini pemula, dan gak ngerti apa – apa, di bidang yang saya geluti saat ini.
Alih – alih mendapat solusi. Sayangnya, saya malah mendapat jawaban menusuk dan terlihat tanpa pertimbangan. Entah itu karena faktor kesibukan, malas argue atau memang tanpa pertimbangan. Jawaban yang saya tangkap seperti ini, if you are not happy with us, the door is open for you.
Di situ saya berpikir panjang, akankah saya meneruskan atau enough sampai di sini saja. Saya pikir, if they are see me has a value they will fight and solve the problem. Not just give me an option with less consideration.
Seharian saya diam menimbang – nimbang, semenjak memberikan “hadiah” saya komit dan pelan – pelan ikut mempromosikan sebagai langkah awal membangun awareness. Ternyata saya ngeh, melakukan promosi spill tipis – tipis, adalah strategi bar – bar yang saya lakukan.
Jika ada masalah, kamu seperti seorang PECUNDANG! OMDO!
Itu yang saya rasakan.
Apa yang saya katakan selama ini seperti tidak selaras, dan saya sangat tidak suka dengan hal itu. Sebab, saya selama ini, menjaga amanah almarhum Mama untuk selalu menjaga kepercayaan dan kejujuran. Perkataan saya selaras dengan tindakan.
Setelah saya mengambil opsi yang mereka tawarkan, justru mereka meminta saya untuk tetap stay. Nah lho, Akan tetapi saya tetap tidak tertarik. tawaran tersebut saya tolak baik – baik.
Bukan karena saya tidak butuh wadah untuk berkembang, melainkan saya menghargai diri saya dan kreatifitas yang saya kerjakan.
Saya berhusnudzon. Mungkin ini adalah TANDA TUHAN untuk saya berhenti.
Jangan Terlalu Bahagia Segalanya Bisa Berubah
Pelajaran berharga yang saya ambil adalah, jangan kebanyakan gaya dan omong, terutama kalau semuanya belum jelas.
Karena, cara kerja semesta itu tidak begitu. Ada banyak liku yang bisa memporak – porandakan apa yang telah kamu lakukan, dan rencanakan. Lebih baik, kamu bekerja dalam diam dan tunjukkan jika sudah benar – benar ada hasilnya.
Lantas, apakah saya sakit hati? Nggak, saya justru berterima kasih, telah mendapatkan pelajaran berharga, sehingga next lebih berhati – hati.
Dan jangan sekali – kali berharap orang lain pikirannya akan sama seperti kamu. Tidak seperti itu Ferguso! Kamu adalah kamu, cara kerjamu berbeda dengan mereka. So kerjakan apa yang bisa kamu lakukan sepenuh hati misalnya seperti berbagi resep di dapur sukabeda.
Peercayalah, something happens for a reason. Nah, sekarang saya sedang menunggu “reasonnya” apa sih.
Yuk ah tetap semangat dan kreatif.
Salam cinta dari Bali